
AKSI DAMAI MENJAGA WARNA WARNI BURUNG PARUH BENGKOK TETAP TERBANG BEBAS DI MALUKU
Oleh Dudi Nandika
Burung paruh bengkok dan kakatua merupakan asset icon menarik di Maluku dan selalu menjadi incaran wisatawan mancanegara untuk melakukan wisata ‘birdwatching’. Sayangnya, burung paruh bengkok dan kakatua merupakan jenis burung yang paling banyak dieksploitasi sebagai hewan peliharaan dan diperdagangkan karena keunikan dan kecerdasannya. Tingginya permintaan global dan domestik terhadap burung paruh bengkok sebagai hewan peliharaan dan konsekuensi pemindahan dari alam liar untuk perdagangan gelap telah memberikan kontribusi signifikan terhadap penurunan tajam jumlah burung ini diseluruh dunia. Perburuan dan penyelundupan ilegal merupakan ancaman terbesar pada spesies ini.


Wisatawan Asing Yang Sedang Asyik Pengamatan Burung dan Kandang-kandang Hasil Sitaan BBKSDA Jawa Timur
Indonesia diidentifikasi sebagai negara dengan prioritas tertinggi dalam konservasi burung paruh bengkok dan kakatua berdasarkan jumlah spesies, endemisitas dan ancamannya (penangkapan dan penyelundupan). Maluku sebagai provinsi seribu pulau menjadikan banyak burung paruh bengkok dan kakatua yang terisolasi menjadi spesies dan sub-spesies tersendiri sehingga rentan terhadap kepunahan dengan populasi yang kecil dan resiko perkawinan sedarah inbreeding yang tinggi.
Burung paruh bengkok yang hidup tersebar di kepulauan Maluku tidak kurang dari 24 jenis dan 80% diantaranya merupakan spesies dan sub spesies endemic Maluku. Beberapa pulau di maluku memiliki icon burung paruh bengkoknya tersendiri seperti Pulau Seram dan pulau-pulau satelitnya memiliki kakatua maluku Cacatua moluccensis, nuri telinga-biru Eos semilarvata, kasturi tengkuk-ungu Lorius domicella dan enam anak jenis endemik seperti nuri maluku Eos bornea bornea, nuri bayan Eclectus roratu roratus, betet-kelapa paruh-besar Tanygnathus megalorynchos affinis, nuri pipi merah Geoffroyus geoffroyi rhodops, Nuri raja ambon Alisterus amboinensis amboinensis dan nuri-kate dada- merah Micropsitta bruijnii pileate. Kemudian di Pulau Buru terdapat tiga jenis endemic yaitu Perkici buru Charmosynopsis toxopei, Betet-kelapa buru Tanygnathus gramineus, dan kring-kring buru Prioniturus mada, dan subs pesies endemiknya yaitu nuri maluku Eos bornea cyanonotha, dan nuri raja ambon Alisterus amboinensis buruensis.
Pulau dengan burng paruh bengkok special lainya adalah Tanimbar dengan jenis endemic kakatua tanimbar Cacatua goffiniana, nuri Tanimbar Eos reticulata, Nuri bayan tanimbar Eclectus riedeli dan subspecies endemic seperti nuri pipi-merah Geoffroyus geoffroyi timorlaoensis, dan betet-kelapa paruh-besar Tanygnathus megalorynchos subaffinis. Kepulauan di maluku terakhir dengan anak jenis endemic adalah Kepulauan Aru anak jenis endemic tersebut yaitu nuri aru Chalcopsitta scintillata rubrifrons, kakatua koki Cacatua galerita eleonora, nuri bayan Eclectus polychloros aruensis, perkici pelangi Trichoglossus haematodus nigrogularis, dan Nuri-ara pipi-gelap Cyclopsitta melanogenia melanogenia.
Nuri telinga-biru Eos semilarvata, Bayan Papua Eclectus polychloros aruiensis dan kakatua koki Cacatua galerita eleonora
Burung paruh bengkok dan kakatua merupakan jenis yang memiliki peranan penting dalam menjaga dan memperbaiki regenerasi hutan serta merupakan bagian suatu ekosistem yang harus dijaga keseimbangannya. Burung ini juga memainkan peran penting dalam membentuk komunitas tumbuhan4. Keberadaan burung paruh bengkok dan kakatua memiliki peran penting di alam, yaitu sebagai zoochory (membantu pemecaran biji) dan orthogamy (membantu penyerbukan). Burung jenis ini telah lama dianggap sebagai predator benih dan pengeksploitasi tanaman yang efisien. Sehingga burung paruh bengkok dan kakatua dapat dikatakan sebagai ‘perawat hutan’ yang membantu proses alami regenerasi hutan.


Batu layar di Ambon dan Gunung Api Banda Di Kepulauan Banda